Mudik PUlang Kampung
@KemenPU |
Momen mudik di bulan puasa menjelang idul fitri memang sangat dinanti-nantikan oleh setiap insan. Mudik atau PulKam (Pulang Kampung) merupakan suatu ritual wajib yang dilakukan oleh para perantau menjelang lebaran, terlebih lagi bagi mereka yang belum bekeluarga yakni mahsiswa/i . Umumnya mereka yang masih meliki kedua orang tua di kampung, Lebaran sendiri di negeri orang serasa berada di tengah tenangnya samudra . Begitupun Layaknya orang tua, mereka sangat menanti-nantikan kedatangan anak-anaknya yang telah lama berpisah jauh guna menerangi masa depan masing-masing. Demikian pula yang aku alami. Terlebih lagi saya hanya seorang anak yatim, ayah saya telah meninggal dunai 7 tahun yang lalu dan ibu saya seorang pedagang kaki lima di Kota Baubau . Jadi wajarlah jika aku sangat merindukan kasih sayang seorang ibu. Dua tahun lamanya aku bersemayam di negeri orang menjadi seorang anak rantau, terlebih lagi mudik kali ini merupakan mudik yang sangat begitu amatir selama perjalan mudik yang aku lakukan selama ini.
Asrama Ibnu Sina ( Asrama Mahasiswa Bidikmisi UHO ) |
Nama saya Iqbal. Saya
merupakan mahasiswa bidikmisi di Universitas Halu Oleo ( UHO ) Kendari, di
universitas ini bagi penerima bidikmisi diberi fasilitas berupa asrama. Asrama
yang diberi nama Asrama Ibnu Sina ini dihunii oleh berbagai macam suku daerah
di indonesia, sehingga asrama Ibnu Sina biasa disebut sebagai miniatur
indonesia. Selain sebagai miniatur
indonesia asrama ibnu sina merupakan asrama yang dihuni oleh mahasiswa dari
berbagai jurusan maupun program studi. Pada waktu akhir juni , asrama yang
selama ini saya tempati memberikan libur
bagi mahasiswa bidikmisi, namun saat itu untuk jurusan saya belum menyelasaikan
beberapa ujian akhir semester. Tetapi pihak asrama meminta agar asrama
dikosongkan seluruhnya hingga 11 Agustus, hal ini di lakukan karena akan
dilakukan renovasi baik itu dasi segi fasilitas maupun infrastuktur yang ada
didalamnya. Namun saya sebagai seorang perantau
tidak memiliki 1 orang keluargapun di kota bertakwa ini ( Kota Kendari
). Aku hanya bisa menggandalkan teman-teman kampus untuk menginap beberapa
malam di Kos-kosan mereka hingga final
saya selesai dengan berbekal makanan seadanya.
Tepatnya pada tanggal 29 yakni minggu subuh, sahur puasa
pertama di bulan suci ramadhan. Sahur kali ini aku sahur bersama teman saya
Muzakir dengan berbakal indomie yang kami santap secara bersama, berhubung saat
itu kami tidak memiliki sepersen uangpun yang kami kantongi (kondisi saat itu
adalah tanggal tua dan kiriman dari orang tuapun macet ), dengan hanya berbekal
sisa indomie yang aku bawa pulang dari asrama yang mana merupakan makanan santapan
sahur pertama kami berdua. Bukan segi kuantitas,namun niat dan semangat kami
untuk melakukan puasa dihari pertama sangatlah besar meskipun hanya berbekal
semangkok indomie.
Pagi mulai
menjemput, matahari mulai memancarkan sinarnya, aku segera bergegas mandi dan
berkemas-kemas. Namun, sebelumnya aku
telah menelpon ibu untuk mengirimkan uang sebesar Rp.200.000 yang aku gunakan
untuk ongkos perjalanan mudik pulang kampung. Sebelum aku menuju pelabuhan ,
aku pergi ke Mesin ATM terdekat untuk
mengambil uang tesebut, lalu aku segera bergegas ke pelabuhan dengan menumpangi
pete-pete ( mobil Angkot ), hal tersebut kulakukan agar menghemat ongkos biaya
perjalanan. Tak lama kemudian
handphone aku berdering, short messages dari teman aku rizal yang
mengakatakan bahwa kapal 15 menit lagi
akan meninggalkan pelabuhan kendari, sementara aku masih berada dalam
perjalanan menuju ke pelabuhan, perasaan ini sudah tak karuan lagi, yang ada
dalam pikiran saya hanya bagaimana caranya agar saya sampai kepelabuhan tepat
waktunya, disisi lain sang sopir mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah,
membuat saya semakin menjadi-jadi. Namun berhubung disaat keadaan berpuasa,
saya harus bisa menahan emosi guna berjalan lancarnya puasa saya hari itu.
Tiba-tiba mobil
berhenti dengan sendirinya, berdasarkan penjelasan sang sopir bahwa mobil
miliknya mogok kembali, terpaksa aku disarankan untuk menumpangi mobil lain
saja, seketika aku menyodorkan ongkos biaya mobil, bapak itu tak mau menerima
uang tersebut, ia hanya menyuruhku untuk menyimpannya buat ongkos perjalanan
selanjutnya, kusampaikan ucapan terima kasihku kepada sang sopir, lalu kubergegas
mencari mobil berikutnya.
Sesampainya ke
pelabuhan, aku segera ke kantor penjualan tiket penumpang, namun setelah aku
mengambil uang dari kantong celana yang kukenakkan, uang sudah tidak berada di
kantong celana , yang berarti terjatuh saat saya menumpangi mobil pertama.
Lantas uang saya habis, entah apa yang harus saya perbuat. Tiba-tiba muncul
seorang sosok tinggi besar dari arah belakang dan memegang bahu saya. Dialah
teman saya rizal. Alhamdulillah, dia datang tepat waktu dan membawakan tiket
yang telah ia belikan. Padahal, saya belum memberitahukan sebelumnya. Rizal
membelikan tiket tersebut karena ia tahu kalau aku bakal terlambat ke pelabuhan.
Tetapi tiket yang
ia beli merupakan tiket non sit/tidak mendapatkan kursi , hal tersebut
dikarenakan terlalu padatnya penumpang sehingga menyebabkan tiket kapal kosong
tersisa tiket non sit. Meskipun saya harus tetap berdiri hingga 6 jam lamanya ,
namun saya harus tetap bersyukur kepada Allah SWT karena telah mengirimkan
seorang hambanya ( Rizal) sebagai syafaat disaat saya mudik dengan meminjamkan
uangnya.
Tepatnya pukul
08.00 WITA sirene kapalpun berbunyi, pertanda kapal sebentar lagi akan
berangkat. Kamipun segera bergegas. Sesampainya dikapal kami langsung keruangan
C yaitu ruangan paling belakang, kami sengaja memilih ruangan paling belakang
agar sepanjang perjalan kami dapat menikmati sejuta panorama ciptaaan Allah
SWT. Ada hal yang paling menarik sepanjang perjalanan, yaitu seketika itu ada
seorang nenek jompo berada tepatnya disamping kananku, meskipun aku hanya
berdiri tetapi aku sangat menikmati perjalanan
dan sang nenek menawarkan agar aku duduk di kursi miliknya, namun aku
menolak . Nenek tersebut tetap memaksaku, dan aku tetap menolak . karena jika
aku duduk dikursi tersebut, nenek bakal duduk dimana, apalagi dia telah lanjut usia. #SemangatBerbagi
Sesampainya di
tengan perjalan, gelombang ombak mulai meninggi dan kapalpun sedikit demi
sedikit mulai goyang. Beberapa menit kemudian, gelombang ombak mulai
menjadi-jadi dan menghantam seluruh bagian kapal yang kami tumpangi. Sang nenek
mengira hembusan nafas kami berakhir pada hari itu. Seluruh penumpang kapal
mulai panik, menaggis, bahkan ada yang telah bergegas melompat. Saya hanya
banyak bertawakal dan membaca doa agar kami tiba dengan selamat hingga ke
tempat tujuan. Sang nenek mabuk akibat gelombang laut bahkan nenek sempat
mengeluarkan isi perutnya , aku segera mengambil air mineral dan pakaian yang
berada dalama tas ransel saya. Kusedorkan minuman tersebut kepada sang nenek
lalu aku membersihkan semua kotoran yang
nenek keluarkan tadi. #SemangatBerbagi
Beberapa saat
kemudian, ombak mulai teduh . Orang-orang mulai tenang. Lalu aku ngobrol dengan
sang nenek. Ternyata sang nenek dalam perjalanan mudik kali ini ia hanya
sendiri, dan terlebih lagi nenek tersebut adalah tetangga saya dikampung.
Setibanya kami di
pelabuhan Murhum Kota Baubau, aku
segera
turun dari kapal. Namun sang nenek menahanku dan meminta agar aku
mengantarnya
pulang hingga kerumahnya. Mengingat kondisi nenek kurang membaik dengan
senang
hati aku mengantar nenek hingga kerumahnya. Setelah itu , aku segera
pulang
kerumah melepaskan rindu selama ini kepada ibu. Untuk mengisi waktu
luang di
bulan suci ramadhan kali ini, aku membantu ibu berjualan di pasar. Dua
hari lamanya aku berada dibaubau aku menyempatkan diri untuk berziarah
kemakam ayah tercinta.
Nah, demikian
cerita momen mudik saya yang penuh
dengan warna-warni kehidupan. Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi para
pembaca yang berada di seluruh antero garis khatulistiwa dunia. Mari Kita
Tingkatkan iman dengan beribah, sucikan hati dengan lantunan ayat-ayat suci
Al-Quran,dan perbanyaklah berzikir agar selalu mengingat kebesaran Allah SWT.
Ini cerita mudikku bersama , mana cerita mudikmu?
Ini cerita mudikku bersama , mana cerita mudikmu?
0 komentar:
Posting Komentar