Mudik PUlang KamPUng Part 2
Mudik adalah suatu rutinitas yang sudah menjadi kebiasaan dalam agenda
tahunan seorang perantau. Hal ini wajib dan sudah telah lama berjalan indonesia
maupun diluar negeri. Sama halnya yang aku lakukan pada tahun ini. Yah, mungkin
tahun ini merupakan mudik yang paling berharga dalam sejarah perjalanan mudik
yang sebelumnya pernah aku lakukan. Bagaimana tidak, berbagai rintangan dan
cobaan serta warna-warni kehidupan aku temui baik dalam arus mudik perjalanan
Pulang kamPUng, aktivitas selama berada di kamPUng, maupun arus balik yang aku
lakukan.
Mudik kali ialah mudik yang pertama bagiku sebagai penyandang status
mahasiswa yang menompang masa depannya di negeri orang. Aku seorang mahasiswa
yang selama setahun lamanya menghabiskan waktu untuk belajar mencari ilmu di
kota Kendari . Selama perjalanan mudik PUlang kamPUng berbagai temuan
warna-warni hidup telah jajani satu persatu, kini saatnya aku memulainya di
kamPUng tercinta. Perjalanan yang cukup melelahkan, dua rute sekaligus aku
habiskan dalam 1 hari. Setelah tiba di Kota tercinta kota BauBau, kini giliran
melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman ayah dan ibu yaitu desa Talaga I.
Kondisi yang sangat memprihatikan keadaan desa ini. Infrastruktur yang terbatas
dan ditambah dengan keadaan jalan raya yang telah berlubang-lubang yang
sementara dalam proses pengaspalan, manakala keadaan inilah yang membuat
kebanyakan orang kecelakaan dalam berkendara selama berada di jalan raya.
Bahkan tercatat meurut pengamatan warga, selama menjelang ramadhan telah
terjadi 3 kecelakaan di poros jalan berlubang tersebut. Keesokan harinya, ,
saya dan tetangga lainnya berbondong-bondong membantu para pekerja jalan raya
untuk mengangkatkan batu-batu kerikil kedalam badan jalan guna cepat
terselesaikannya jalan tersebut dan dapat digunakan kembali sehingga tidak
mencelakai banyak orang. Waktu kurang lebih 2 minggu lamanya aku menghabiskan
waktuku bersama keluarga. Selama 2 minggu tersebut aku membantu ibu membuat
takjil berbuka puasa kemudian di jual dipasar terdekat pada sore harinya. Entah
apa yang harus aku katakan saat itu, senang , gembira, suka, bercampur baur
dalam suasa tersebut, Pulang kampung yang sangat bermanfaat yang setiap harinya
dilewati dengan penuh suka cita membantu ibu berjualan kue dipasar. Lepas
kangen dan rindu bersama ibu terpancar dalam momen tersebut.
Rumah ayah dan Ibu dikampung. |
Kemudian pada
siang harinya saya dan teman-teman menggalang dana untuk membantu
saudar-saudara di GAZA, dana yang dikumpulkan melalui dana ikhlas dari
masyarakat yang kami peroleh dengan cara mengunjungi dari rumah ke rumah. Siang
bolong aktivitas tersebut kami lakukan bersama-sama, tak kenal lelah maupun
letih yang bertepatan dengan berpuasa,namun usaha kami untuk membantu mereka
sangatlah besar. Setelah menggalang dana, kemudian aku melanjutkan aktivitas
yang seperti biasanya yaitu menjual takjil berbuka puasa. Ramadhanpun mulai
berlalu yang kemudian disambut hari yang fitri, silahturahim dimana-mana, rumah
kakek-nenek buyut,kakek-nenek, serta keluarga-keluarga lainnya hal ini
kulakukan demi terjalin eratnya hubungan keluarga kami. Haripun tiba pada
saatnya meninggalkan ibu serta kampung halaman tercinta, saat untuk kembali ke
peraduan gerbang ilmu kesuksesan. Tiba saatnya kembali untuk melalui rintangan
di tengah lautan yang dilalui 2 rute sekaligus, Talaga-BauBau-Kendari.
Perjalanan Rute Talaga -BauBau |
Untuk rute pertama yaitu rute Talaga – BauBau, suatu momen arus balik yang
sangat menakutkan. Ombak yang begitu kencang yang hampir mematahkan kapal yang
kami tumpangi, rintihan tangisan ketakutan anak-anak maupun orang tua
berhamburan dimana-dimana. Yang dapat aku lakukan hanyalah banyak bertawakal
dan berdoa kepada sang pencipta agar aku selamat hingga ketempat tujuan.
Alhamdulillah , kami masih sempat diberi umur untuk menimati indahnya alam ini.
Kemudian rute selanjutnya BauBau-Kendari. Setelah sesampainya dipelabuhan murhum kota baubau, aku bergegas ke loket penjualan tiket kapal rute kendari, namun aku kehabisan tiket, terpaksa yang kulakukan hanyalah berdiri selama 6 jam sama halnya yang aku lakukan saat arus mudik.
Kemudian rute selanjutnya BauBau-Kendari. Setelah sesampainya dipelabuhan murhum kota baubau, aku bergegas ke loket penjualan tiket kapal rute kendari, namun aku kehabisan tiket, terpaksa yang kulakukan hanyalah berdiri selama 6 jam sama halnya yang aku lakukan saat arus mudik.
Rute BauBau-Kendari |
Setibanya dikota Kendari, rintangan berikutnya yang menghampiriku. Perjalanan
menuju asrama begitu memerlukan kesabaran yang cukup, hal ini dikarenakan
sepanjang 1 Km terjadi kemacetan. Namun hal itu dapat diselesaikan dengan
adanya kesabaran. Ternayata, Tidak ada tempat menginap yang aku gunakan untuk
beberapa hari. Asrama yang aku tinggali selama ini belum melakukan operasi
seperti biasanya melainkan tiga hari lagi. Namun seorang teman yang tak ku
kenal mengajakku untuk menginap dikamar kos-kosannya. Teman tersebut merupakan
orang yang duduk bersebelahan saat diatas kapal dan ia juga merupakan seorang
mahasiswa. Dan begitulah warna-warni kehidupanku menjadi seorang pemudik yang
berkehidupan pas-pasan.
Ini momen mudikku, mana momen mudikmu?
0 komentar:
Posting Komentar