FILSAFAT SAINS DAN KONSEP TEKNOLOGI
FILSAFAT SAINS
DALAM ILMU KIMIA
Disusun oleh :
Kelompok
VI
1.
Muhamad Iqbal (F1C1 13 043)
2.
Doma Satman (F1C1 13 045)
3.
Keffin Arighi (F1C1 13 047)
4.
Tasri (F1C1 13 053)
5.
Nur Afrianti (F1C1 13 055)
6.
Ulfa Hartati (F1C1 13 061)
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan jalan kemudahan dariNya makalah dengan judul “Filsafat Sains dalam Ilmu Kimia” dapat terselesaikan.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sains
dan Konsep Teknologi.
Terselesaikannya makalah
ini juga atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Muh.
Natsir, M.Si selaku
Dosen mata kuliah Filsafat Sains dan Konsep Teknologi.
“Tiada gading yang tak retak” sebagaimana makalah yang masih belum sempurna. Namun
demikian penyusun hanya bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kendari, 17
April 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ........................................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
D. Tujuan dan
Manfaat ................................................................................................... 3
E. Metode Pembahasan .................................................................................................. 3
BAB II. PEMBAHASAN
A. Penerapan
Filsafat Sains dalam Perkuliahan............................................................... 4
B. Penerapan
Filsafat Sains dalm Dunia Kerja................................................................ 5
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat lahir pada zaman Yunani kuno, sekitar abad ke-6 SM.
Pada waktu itu filsafat dan ilmu tidak terdapat perbedaan. Berdasarkan pemikiran seorang
filsuf, Thales, bahwa ilmu adalah
bagian dari filsafat. Pada masa itu filsafat dan ilmu memiliki pengertian
terminologis yang sama, yaitu episteme. Menurut Aristoteles, episteme merupakan
“an organized body of rational knowledge with its proper object” (suatu
kumpulan pengetahuan rasional yang teratur dan memiliki objek
tertentu). Namun istilah ini kemudian berkembang menjadi philosophia yang
diperkenalkan oleh Pythagoras, philos berarti cinta dan sophein atau sophos yang
berarti kebijaksanaan. Dan pecinta kebijaksanaan dinamakan philosophos (filsuf).
Berbicara tentang ilmu sama halnya berbicara tentang filsafat
menyangkut objek material tertentu. Perbedaannya hanyalah ilmu mengkaji
objek-objek fisik yang empiris. Para pemikir menyadari eratnya hubungan
antara ilmu dengan filsafat. Francis Bacon misalnya, memandang filsafat
sebagai induk semua ilmu. Henry Sidgwick mengartikan filsafat sebagai ilmu
dari ilmu-ilmu. Seluruh cabang ilmu berakar dari filsafat sebagai
dasarnya. Tidak satupun ilmu atau cabang-cabang ilmu yang dapat berdiri sendiri
atau terlepas dari filsafat sebagai landasannya.
Namun, hubungan erat antara filsafat dengan ilmu tidak
terjalin terus-menerus. Pada zaman Rennaissance mulai abad ke-14 terjadi
perkembangan ilmu dan lahir banyak sekali penemuan luar biasa yang belum pernah
terjadi sebelumnya. Namun perkembangan dan keberhasilan itu berdampak pula
pada filsafat dan ilmu. Ilmu-ilmu cabang filsafat banyak yang memisahkan
diri, diawali oleh ilmu-ilmu alami seperti fisika. Sampai abad ke-18
fisika masih merupakan bagian dari filsafat sebagai filsafat alam. Tetapi
sejak abad ke-19 fisika serta kimia dan biologi dinamakan ilmu-ilmu kealaman
dan bukan cabang dari filsafat karena sudah terlepas dari
filsafat. Fenomena ini kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti
psikologi, sosiologi, antropologi, dan politik. Hal ini menyebabkan jurang
antara filsafat dengan ilmu, karena ilmu memiliki ciri empiris yaitu
pengambilan kesimpulan berdasarkan observasi maupun eksperimen. Sedangkan
filsafat lebih spekulatif dan tidak berciri empiris (berdasarkan observasi dan
eksperimen). Ciri empiris inilah yang membedakan ilmu dengan filsafat.
Meskipun ilmu-ilmu telah berdiri sendiri dan terlepas dari
filsafat, namun metode dan prinsip-prinsip ilmu masih berhubungan dengan
filsafat. Dewasa ini filsafat tidak dapat berkembang maju tanpa ada
persoalan-persoalan yang bersifat keilmuan, dan ilmu tidak dapat berkembang
tanpa konsep dasar yang berasal dari filsafat. Di satu pihak, ilmu menjadi
lebih filosofis dan di pihak lain filsafat menjadi lebih ilmiah karena tidak
hanya berspekulasi tentang hal-hal yang metafisik. Dalam filsafat, bidang yang
mengkaji hubungan antara filsafat dengan ilmu dikenal sebagai Philosophy
of Science, dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai filsafat sains
atau filsafat ilmu karena kata science atau
dalam bahasa Indonesa diserap menjadi sains berarti juga sebagai ilmu. Filsafat sains bergantung pada hubungan
timbal-balik antara filsafat dengan ilmu. Filsafat sains bernaung pada ilmu namun tetap
bertumpu pada filsafat.
Filsafat sains sangat penting bagi pengembangan ilmu karena dapat
menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh
ilmu. Filsafat sains menyediakan tujuan penyelidikan
ilmiah dan aspek-aspek ontologis, epistemologis, dan
aksiologis. Filsafat sains juga melakukan kritik terhadap hukum-hukum,
prinsip-prinsip, maupun
istilah-istilah dalam dunia keilmuan. Ruang lingkup filsafat sains juga sangat luas, meliputi
berbagai persoalan yang berkaitan dengan ilmu sebagai sumbangan untuk ilmu, dan
persoalan umum yang filosofis sebagai sumbangan untuk filsafat sains itu sendiri. Luasnya
objek kajian filsafat sains menyebabkan adanya pembagian-pembagian dalam
mempelajari filsafat sains. Ada ahli yang membedakan filsafat sains menjadi Philosophy of
Science-In-General (filsafat ilmu umum) yang menelaah konsep-konsep
dan metode-metode yang terdapat di dalam semua ilmu, Philosophy of
Spesific-Science (filsafat ilmu-ilmu khusus) seperti filsafat fisika,
atau filsafat psikologi dan sebagainya. Ada juga perbedaan antara filsafat ilmu-ilmu
alam (philosophy of natural sciences) dan filsafat ilmu-ilmu sosial (philosophy
of social sciences).
Dalam
dunia perkuliahan akan ditemui mata kuliah filsafat sains sebagai tumpuan utama
bagi mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan. Mahasiswa yang menekuni
ilmu-ilmu alam akan menemui filsafat ilmu alam (philosophy of natural
science) dan mahasiswa yang berada pada bidang ilmu sosial akan bertemu
dengan mata kuliah filsafat ilmu sosial (philosophy of social science).
Filsafat sains tidak ditemui hanya di perkuliahan saja. Dalam dunia kerja,
filsafat sains sangat dibutuhkan sebagai dasar pemikiran para ilmuwan dan
norma-norma bagi seluruh profesi yang berkaitan dengan ilmu alam. (Ramly, 2010)
B. Pembatasan Masalah
Pembahasan mengenai penerapan filksafat
sains ini akan dibatasi pada ruang lingkup kimia dan bidang profesi yang
dipilih penulis, yaitu peneliti.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
penerapan filsafat sains dalam perkuliahan khususnya mata kuliah kimia?
2. Bagaimana penerapan
filsafat sains dalam dunia kerja khususnya dunia penelitian?
D. Tujuan dan Manfaat
1.Mengetahui bentuk penerapan filsafat sains dalam
perkuliahan khususnya Kimia.
2.Mengetahui bentuk penerapan filsafat sains dalam dunia
penelitian.
E. Metode Pembahasan
Pengumpulan data mengenai filsafat,
ilmu, dan fisilsafat sains serta penerapannya diambil dari sumber-sumber buku
dan internet yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penerapan
Filsafat Sains dalam Perkuliahan
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, mahasiswa akan bertemu Filsafat Sains dalam perkuliahan. Hal ini
bertujuan agar mahasiswa memiliki pedoman dalam dunia perkuliahan. Dalam
filsafat sains akan dipelajari hakikat dan dasar-dasar, objek kajian, ruang lingkup,
dan cabang-cabang dari ilmu atau sains, filsafat maupun filsafat sains, kode
etik profesi, dasar-dasar dan struktur pengetahuan, sarana berpikir ilmiah,
metode berpikir, hakikat dan ciri-ciri penalaran, dan lain-lain. Filsafat sains
mengajarkan mahasiswa agar memahami kemuliaan manusia dibanding makhluk lain,
hubungan akal, berpikir, pengetahuan, dan imu, hakikat dan tujuan sains,
pentingnya filsafat sains, keterkaitan filsafat, ilmu dan agama. Materi-materi
ini bermanfaat dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya dan sangat mendukung dalam
perkuliahan. Mahasiswa dapat menggunakan metode berpikir yang manapun yang
sesuai dalam perkuliahan maupun dalam melakukan observasi. Mahasiswa akan
memahami kemuliaan manusia dibanding makhluk lain yaitu akal, mahasiswa akan
menyadari bahwa menggunakan akal sebaik-baiknya dan untuk kebaikan bagi orang
banyak adalah pilihan yang sangat tepat. Selain itu mahasiswa dapat mengerti
tentang kode etik sebagai ilmuwan kimia, bagaimana seharusnya menerapkan ilmu kimia
dalam dunia kerja, dan sebagainya. Hal ini merupakan peranan dari Philosophy
of Spesific-Science (filsafat ilmu-ilmu khusus) dalam kapasitas
sebagai Filsafat kimia.
Selain
terdapat pada mata kuliah tertentu, filsafat sains juga sebenarnya terdapat
dalam seluruh mata kuliah lain dalam perkuliahan. Sebagai contoh, dalam mata
kuliah Kimia Dasar ditemui apa pengertian kimia secara etimologi dan
terminologi, objek kajian, metode ilmiah, maupun manfaat mempelajari kimia.
Materi-materi tersebut merupakan peranan dari Philosophy of
Science-In-General (filsafat ilmu umum).
Seperti
telah disebutkan di atas, mulai abad ke-19 ilmu cabang-cabang filsafat memisahkan
diri dari filsafat, seperti fisika, kimia dan biologi. Hal ini dikarenakan
objek kajian yang berbeda-beda. Fisika mengkaji gejala-gejala alam yang dapat
diamati secara kasat mata, sedangkan kimia mempelajari gejala-gejala alam yang
tidak dapat diamati secara kasat mata karena objeknya berukuran mikroskopis,
sedangkan biologi mengamati objek-objek di alam yang pernah hidup dan masih
hidup, baik yang bisa diamati secara kasat mata maupun yang berukuran
mikroskopis. Antara fisika, kimia, dan biologi saling memiliki keterkaitan
namun tetap berdiri sendiri pada tumpuan masing-masing. Adapula penggabungan
dua cabang ilmu tersebut karena keterkaitannya yang sangat erat, misalnya
biokimia, kimia fisik, dan lain-lain. Filsafat sains sangat berperan dalam pembedaan
maupun penggabungan ketiga bidang ilmu ini karena masih dalam cakupan kajian
filsafat sains. Filsafat sains juga berperan dalam spesifikasi cabang-cabang
ilmu tersebut berdasarkan objek kajian, manfaat, mapun metodenya. Misalnya
dalam kimia, terdapat berbagai macam cabang ilmu yang mempelajari objek
tertentu yang berbeda-beda namun masih dalam ruang lingkup kimia. Sebut saja
kimia organik, kimia anorganik, biokimia,kimia fisika, dan kimia analitik.
Pembagian cabang-cabang ilmu tersebut bukan dengan tujuan, melainkan untuk
mempermudah dalam mengkaji dan mengaplikasikannya.
B.
Penerapan Filsafat Sains dalam Dunia
Kerja
Ilmu yang didapat di perguruan tinggi tentunya akan
diterapkan di dunia kerja sesuai bidang yang ditekuni masing-masing. Walaupun
terkadang apa yang ditekuni dalam perkuliahan sama sekali berbeda dengan bidang
profesi yang dijalani. Setiap profesi memilki kode etik masing-masing. Bagi
dokter ada kode etik dokter yang merupakan “rambu-rambu” bagi para dokter,
wartawan mempunyai pedoman kode etik jurnalistik, guru pun memiliki kode etik
guru, dan ilmuwan memiliki kode etik ilmuwan. Kode etik masing-masing bidang
profesi meliputi kode etik nasional maupun internasional. Kode etik inilah yang harus
dijunjung tinggi oleh pemegang kode etik tersebut, sebagai salah satu ciri
profesionalitas seseorang
dalam bidang yang digelutinya. Apabila seseorang melanggar atau tidak
mematuhi kode etik yang berlaku, baik nasional maupun internasional, maka orang
tersebut bisa dikatakan tidak profesional.
Kimia tidak terlepas dari penelitian dan observasi, dan lulusan
universitas pada bidang kimia akan mengaplikasikan ilmunya yang tidak jauh dari
penelitian. Kita ambil contoh, profesi sebagai peneliti dibidang
makanan.Seorang peneliti/ilmuwan, memiliki
kode etik tertentu. Tanpa disadari, filsafat sains sangat berperan dalam
kode etik ini. Mengapa harus ada kode etik? Selain hukum negara,
setiap profesi diatur oleh kode etik. Hal ini sesuai fakta bahwa
pengaturan diri seseorang merupakan sebuah kebutuhan. Kode etik tidak
menggantikan hukum negara, tapi menambahkan sesuatu. Kode etik juga diperlukan jika
seseorang perlu melakukan cara yang dilarang bagi yang lain, tapi bagi seorang
profesional tidak. Bagi ilmuwan, memikirkan dampak dari penelitian bagi
masyarakat juga sangat penting, karena dalam suatu pekerjaan etika sangatlah
penting. Sebagai peneliti juga banyak godaan, misalnya
memanipulasi data demi mendapatkan uang atau nama baik, atau godaan untuk
menjiplak karya orang lain yang tidak terkenal.
Peranan filsafat sains juga sangat
terlihat seiring perkembangan zaman. Sebelum abad ke-20, mayoritas manusia
menganut filsafat rasionalisme, yang cenderung mengabaikan nilai dan norma
agama dalam cara memandang hidup. Pada abad ini tercatat banyak sekali penemuan
luar biasa namun bersifat destruktif, seperti senjata nuklir maupun senjata
biologis. Antara hati dan akal yang tidak bertemu pada waktu itu menyebabkan
krisis multidimensional, seperti perang dunia, kelaparan, penyebaran penyakit,
bencana nuklir, dan sebagainya. Hal ini diakibatkan perkembangan sains dan
teknologi yang dikembangkan manusia yang menganut filsafat rasionalisme.
Setelah abad ke-20 masyarakat dunia mulai menyadari kesalahan pandangan yang
dianut, dan mulai merekosntruksinya. Filsafat sains memperbaiki cara pandang
masyarakat yang mulanya memandang segala sesuatu hal secara empirik saja
kemudian diselipkan nilai moral yang diperlukan dalam perkembangan sains.
Seorang peneliti tanpa menganut nilai moral yang terdapat dalam filsafat sains,
maka peneliti tersebut belum mencapai profesionalitasnya sebagai seorang
peneliti.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan filsafat dan ilmu tidak
terpisahkan. Dewasa ini, filsafat dan cabang-cabang ilmu filsafat yang telah
melepaskan diri melahirkan filsafat sains yang berimplikasi pada hubungan
filsafat dan ilmu yang semakin harmonis. Filsafat menyumbangkan dasar-dasar dan
konsep bagi ilmu sehingga ilmu. Sedangkan ilmu menyumbangkan objek-objek kajian
filsafat sehigga filsafat menjadi lebih ilmiah.
Penerapan filsafat sains dapat
dirasakan dalam dunia perkuliahan maupun dunia kerja, karena filsafat sains
menyajikan sistematika dalam metode ilmiah serta nilai norma dalam perkembangan
sains. Mahasiswa tanpa mempelajari filsafat sains tidak akan mampu memahami
dasar-dasar bidang yang ditekuninya. Sedangkan seorang ilmuwan atau peneliti
tanpa dasar filsafat sains akan mengesampingkan moral dalam penelitiannya dan
berdampak pada dirinya sendiri maupun masyarakat luas yang merasakan hasil penelitiannya.
B. Saran
Penulis berharap agar filsafat sains
semakin dirasakan manfaatnya dalam kehidupan karena dalam hidup ini
tidak hanya terfokus pada hal materiil saja, namun secara moral dan filsafati
juga. Filsafat sains mendorong manusia berpikir kritis dan senderung tidak
menerima hal baru begitu saja, tetapi diselidiki segala sesuatunya agar manusia
lebih yakin dengan apa yang dianggapnya benar. Kritik yang membangun sangat
dibutuhkan oleh penulis demi kesempurnaan dan perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
pada tanggal 17 April 2014.
Ramly,Fuad.(2010).Hubungan Ilmu dan Filsafat dalam Lintas
Sejarah.http://www.lkas.org/filsafat/detail/29/hubungan_ilmu_dan_filsafat_ dalam_lintasan_sejarah.html
diakses pada tanggal 17 April 2014.
Nuraeni, Eni. (2007 ). Perkembangan Filsafat, Sains
Biologi, Kimia, dan Biokimia.http://pdfszone.com/pdf/perkembangan-filsafat-sains-biologi-kimia-dan-biokimia-eni.html
diakses pada tanggal 17 April 2014.
0 komentar:
Posting Komentar